Dia Ibuku?
TEMA: Cinta orang tua kepada anaknya
PREMIS/LOGLINE/IDE CERITA: bagaimana jadinya jika seorang ibu dipisahkan dengan anaknya yang baru lahir karena anaknya cacat dan tidak diterima oleh keluarga besarnya.
Angin berhembus kencang pertanda hujan akan segera turun. Terlihat seorang wanita paruh baya berjalan tersendat-sendat karena anggota tubuh khususnya kaki yang sudah tidak berfungsi seperti dulu lagi. Wanita paruh baya tersebut bernama Sinta. Pikirannya bercabang kala melihat seorang perempuan berumur pertengahan dua puluhan yang sedang menyirami kebun bunga miliknya. Wanita itu berandai-andai kalau saja anaknya disini mungkin akan sepantaran dengan perempuan itu.
Wanita paruh baya tersebut hendak menyebrang jalan tapi karena matanya yang sudah rabun membuatnya hampir saja tertabrak jika tidak cepat diselamatkan. Wanita itu kaget ternyata orang yang menyelamatkannya adalah perempuan yang tadi dilihatnya. Dia mengucapkan terimakasih pada perempuan itu namun perempuan tersebut tidak menanggapi.
"Terimakasih banyak , Nak," ucap Bu Sinta. Ibu Sinta mengernyit heran saat melihat perempuan itu tidak menanggapi ucapan terimakasihnya dan malah seperti mencari sesuatu.
Mata Bu Sinta terbelalak tatkala melihat sebuah tanda di leher perempuan muda itu saat menyematkan sesuatu di telinganya. Sinta buru-buru menepis pikiran kalau perempuan muda itu adalah anak yang dulu dibuangnya. "Sama-sama, Bu. Maaf tadi saya tidak menanggapi ucapan ibu karena saya tuna rungu sejak lahir jadi membutuhkan alat ini untuk mendengar," ujar perempuan muda itu sambil tersenyum.
Perempuan muda bernama Kirana itu menanyakan dirinya hendak kemana dan kenapa hanya sendirian. Lalu, Sinta pun menjelaskan pada perempuan muda itu kalau dirinya hidup sebatang kara semenjak mendiang suaminya meninggal satu tahun lalu. Dan sebaliknya Kirana bercerita bahwa dia memiliki keluarga yang harmonis dan baik yang mau menerimanya meski dirinya terlahir cacat. Bahkan dia bilang jika sebenarnya dia bukanlah anak kandung dari keluarganya yang sekarang. Saat mendengar hal itu Sinta merasa kaget dan seperti ada sebilah pisau yang menusuk jantungnya. Rasanya sakit sekali saat mendengar Kirana bilang bahwa dia benci orangtua kandung yang telah membuangnya tapi dia juga ingin melihat rupa orangtua kandung yang telah membuangnya. Apakah mereka bahagia karena telah menyingkirkan anak cacat seperti dirinya atau malah sebaliknya mereka tengah menyesal sekarang?
Sinta memejamkan matanya sejenak dan menghembuskan napas pelan. Kembali mengingat peristiwa 25 tahun lalu saat anak pertama sekaligus anak terakhirnya lahir ke dunia yang kejam ini. Saat itu keluarga besarnya menyalahkan Sinta karena tidak becus menjaga kandungan yang mengakibatkan bayinya terlahir tidak sempurna. Tentu saja Sinta terpukul melihat kondisi bayi yang di kandungnya selama 9 bulan. Tak sampai disitu Sinta pun harus menjalani kuretase pada rahimnya karena ada penebalan pada dinding rahim miliknya. Hal itu menyebabkan dirinya akan susah untuk kembali hamil lagi. Penderitaan Sinta juga berlanjut kala mendengar keluarganya menyuruhnya untuk membuang bayi itu karena akan membawa aib.
Kembali ke masa itu hanya membuat Sinta merasa sangat menyesal. Sepertinya pilihan yang dibuatnya saat ini tepat untuk tidak memberi tahu Kirana bahwa perempuan itu telah melihat orangtua kandung yang dulu membuangnya. Padahal dalam hatinya Sinta ingin sekali memeluk Kirana erat dan membisikkan bahwa Sintalah orang tua kandung perempuan muda itu. Tapi Sinta sadar diri bahwa dirinya bukanlah orangtua yang layak untuk perempuan sebaik Kirana. Biarlah Kirana mengira jika orangtua kandungnya telah tiada. Biar rahasia ini Sinta tutup rapat-rapat.
Komentar
Posting Komentar