Strategi Pembelajaran Selama Pandemi
Pandemi Covid-19 telah melanda Indonesia sejak awal tahun 2020 namun baru merebak.luas pada bulan Maret lalu. Berbagai kegiatan mulai terhambat baik itu di bidang ekonomi, pendidikan, pariwisata, dan lain sebagainya. Pemerintah menghimbau masyarakat untuk menerapkan PSBB dengan bekerja dari rumah (Work From Home), belajar dari rumah, dan menghindari keluar rumah jika tidak terlalu enting (Stay at Home).
Meski pada awalnya banak yang pro dan kontra terhadap aturan tersebut. Namun, mau tidak mau masyarakat harus mematuhinya. Bagi para pelajar mungkin belajar secara online seperti ini membuatnya merasa terbebani karena berbagai alasan. Entah itu karena koneksi internet yang buruk, website e-learning yang down, dan lainnya.
Ikatan Keluarga Alumni Teknik Indutri Universitas Islam Indonesia (UII) pada Minggu (26/7) mengadakan webinar bertema strategi pembelajaran daring untuk orangtua selama pandemi. Webinar ini merupakan salah satu bentuk kolaboraksi satu visi menuju 40 tahun Teknik Industri UII pada 2022.
Menurut data UNICEF pandemi membuat adanya penutupan sekolah di 188 negara dengan total 91% atau 1,6 siswa. Sedangkan di Indonesia tercatat 60 juta siswa terdampak. Rasmitadila mengaku mendapatkan keluhan dari banyak orangtua melalui chat maupun telepon. Menurutnya keluhan tersebut disebabkan tidak siapnya mereka dalam menghadapi fenomena baru harus mendampingi anaknya belajar, padahal banyak ibu yang juga bekerja di luar rumah.
Tidak hanya Indonesia, negara lain juga dinilai tidak siap 100% dalam mengontrol pendidikan di negaranya. Segala aspek pendidikan harus dirubah termasuk sistem pembelajarannya. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Rasmitadila dengan sampel 451 siswa Sekolah Dasar beberapa provinsi di Indonesia ditemukan bahwa 94,5% siswa lebih mudah diajar oleh guru secara langsung.
Menurut Rasmitadila, sistem pembelajaran tidak dapat hanya melihat dari satu sisi, melainkan dari setiap sisi guru, siswa, dan orangtua. Dengan hal ini maka harus duduk bersama tanpa saling menyalahkan. Bagi guru terdapat beberapa strategi pembelajaran daring seperti membuat video. “Ini akan sulit bagi yang gaptek, maka guru juga harus meningkatkan kemampuannya,” jelasnya.
Selain trategi pembelajaran, guru juga dapat membuat strategi lain yang mempermudah siswa dan orangtua yang mendampinginya. Rasmitadila menyebutkan terdapat dua pembelajaran jarak jauh, yakni dalam jaringan (daring) dan luar jaringan (luring). Pemerintah juga memberikan relaksasi kurikulum bagi setiap guru dengan dibolehkan tidak mencapai target yang dibuat sebelumnya, misal C1-C6 maka boleh diturunkan menjadi C1-C3. “Buat konsep yang disesuaikan dengan kebutuhan. Konsep merdeka belajar juga bisa dipakai. Guru itu boleh mengganti merubah proses belajarnya yang tidak menyusahkan guru, siswa, dan orangtuanya,” jelasnya.
Hasil survei Rasmitadila, ditemukan bahwa lebih dari 50% nilai kognitif siswa dinilai palsu sebab pekerjaan dikerjakan oleh orangtuanya. Yang dapat dipastikan adalah hanya nilai keterampilan, karena hanya dapat dilakukan oleh siswa yang bersangkutan. Keterampilan ini seperti membaca puisi dan menggambar. Meskipun begitu, Rasmitadila menganggap bahwa ini bukan soal besar sebab penilaian dapat dimodifikasi dengan komunikasi yang baik dengan orang tua. “Pembelajaran daring ini komunikasi efektif dari guru dan orangtua maka harus diterapkan sehingga tidak ada miscom,” tambahnya.
Apapun model pembelajaran akan tetap dilaksanakan jika dikomunikasikan dengan baik antar semua pihak yang terlibat. Sedangkan pembelajaran luring misal bagi orangtua yang tidak memiliki laptop atau telepon genggam, maka dapat difleksibelkan dengan mendownload buku pembelajaran yang telah disediakan oleh kemendikbud lalu dicetak untuk proses belajar mandiri. “Guru dapat memetakan orangtua itu butuhnya daring apa luring misal anaknya berapa punya laptop atau gadget tidak?” sebutnya.
Di akhir sesinya, Rasmitadila mengingatkan kembali bahwa kemendikbud sudah memberikan kemudahan dengan target yang dapat ditambah atau dikurangi. “Yang penting ada prosesnya ada progresnya. Pencapaian anak tidak harus kognitif, yang penting semua harus seimbang,” tutupnya. (SF/RS)
Dapat disimpulkan sebenarnya selama masa pandemi ini orangtua berperan aktif dalam mengajari anaknya selama pembelajaran baik itu secara luring ataupun daring.
Sumber : https://www.uii.ac.id/strategi-pembelajaran-daring-selama-pandemi/
Komentar
Posting Komentar